Beberapa hari terakhir saya terlibat diskusi di BBM yang cukup seru dengan seorang sahabat baik. Sebut saja namanya Budi. Budi ini termasuk salah seorang yang tidak percaya dengan asuransi malah cenderung mengharamkan asuransi walaupun saya yakin ilmu agamanya belum cukup untuk menjustifikasi bahwa asuransi itu haram.
Ketika dia tahu saya
ikut bergabung di Prudential sebagai seorang agen dia lansung menghubungi saya
lewat BBM dan mewanti-wanti agar saya tidak memprospek dia. Saya membalas bbm
nya dengan singkat bahwa saya tidak akan memprospek dia.. Saya hanya ingin
bertemu untuk berdiskusi soal asuransi ini dan keputusan akhir untuk ikut
asuransi atau tidak 100 % tetap ada di
tangannya. Saya tidak akan mencoba memengaruhi apalagi memaksa.. Saya hanya
ingin tahu apa yang ada di pikiran orang-orang yang anti asuransi bahkan
cenderung mengharamkannya.
Singkat cerita kami bertemu di sebuah café disore yang dingin
karena Bandung ahir-akhir ini selalu
diguyur hujan. Kami ngopi-ngopi sambal ngobrol. Santai sekali. Dia membawa
serta istrinya. Karena sayapun berteman baik dengan istrinya.
Setelah ngalor ngidul kesana kemari akhirnya saya dapat
menggali apa yang ada di pikirannya tentang asuransi ini. Menurutnya asuransi
itu haram karena di dalamnya terdapat unsur ketidakpastian dan juga tidak etis,
masa sih mengharapkan uang besar dari
kematian anggota keluarga. Belum lagi katanya asuransi ini mengandung riba dan
aneka bla..bla…bla lainnya. Ketika saya tanya bagaimana jika dia yang
meninggal, padahal dia tulang punggung keluarga dengan 3 orang anak yang masih
kecil-kecil sedangkan istrinya sendiri tidak bekerja. Apa dia sudah punya sesuatu yang akan diwariskan
untuk kelangsungan hidup keluarganya. Dengan nada yakin dia mengatakan bahwa Allah itu Maha Pemberi Rezeki. Allah telah
menjamin, tidak ada suatu binatang melata pun di bumi
melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya. Soal ini saya sepakat dan setuju
sekali. Tidak seorangpun manusia di bumi ini boleh menyangsikan hal ini.
Wah…saya pikir akan percuma saja saya menjelaskan sampai berbusa mulut saya
sekalipun. Entah harus menghabiskan berapa cangkir kopi lagi untuk membuatnya
mengerti. Akhinya saya mengalihkan pembicaraan dan kamipun ngobrol hal lain terutama
tentang anak-anak kami yang sama-sama hobi main bola. Dalam hati saya berjanji
akan menulis hal ini di blog saya dan kemudian menyuruhnya membacanya jika dia
sedang santai. Saya tidak memaksanya untuk membeli asuransi dari saya. Saya
hanya gemas jika sahabat saya sendiri tidak sadar asuransi dan menyayangkan
masa depan yang dia pertaruhkan sementara disaat ini dia bisa mengupayakannya
untuk menjadi lebih baik.